SEBUCING APA DIRIMU?

Assalamualaikum hai semua...

Milenial tentu akrab dengan istilah kekinian 'bucin' yang merujuk kerelaan seseorang berkorban waktu, tenaga, harta bahkan perasaan bagi orang yang dicintainya, seolah ia telah menjadi budak dari rasa cinta itu. 

Pecinta kucing pun punya istilah serupa, bucing (budak cinta kepada kucing). Baik sebagai adopter, rescuer, foster, street feeder, cat sitter, groomer, veteriner, donator dll, yang kesemuanya berkontribusi bagi kesejahteraan kucing pada level berbeda-beda.

Seorang bucing, ada yang rela menghabiskan bajet sekian rupiah untuk pakan dan perawatan, menyayangi kucing bak anak sendiri, memaklumi kucing yang acap merusak properti, menyantuni kucing liar, merawat kucing tak bertuan dan korban kekerasan, berdonasi untuk kucing yang membutuhkan, mengurus kucing titipan, melakukan sterilisasi kucing dsb.

Singkatnya, tindakan apapun demi kesejahteraan harimau mini itu, itulah hakikat bucing sejatinya. Bahkan sekedar mengunggah foto atau video kucing kesayangan ke sosial media pun tergolong kebucingan.

Aku sendiri baru sebatas mengadopsi bayi kucing lokal, menyantuni beberapa kucing liar, serta merawat kucing sendiri yang sakit hingga sembuh seperti saat Untal sembuh dari panleukopenia tanpa opname.

Yang terkini, saat merawat Uncit sembuh dari gejala FUS. Apakah bucing mengindikasikan satu keganjilan perilaku dari seseorang? Terlebih bucing kepada kucing lokal?

Karena suka tidak suka, kucing lokal acap menerima stigma negatif dari masyarakat? Jelas bagi pembenci kucing itu satu keanehan, tapi bagi pecinta itu adalah panggilan jiwa.

Yang harus dicatat seberapa pun kebucingan dirimu jangan sampai melupakan kewajibanmu sebagai hamba kepada Allah Azza wa Jalla, sebagai manusia kepada orangtua, pasangan dan keluarga, lingkungan bertetangga serta kepada manusia lain keseluruhannya. 

So, sebucing apa dirimu??

Salam meong bundanya Uncit & Untal...